Simaklah pada
Pembukaan UUD 1945 alenia IV yang menyebutkan, bahwa bangsa Indonesia ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial. Kalimat tersebut menjadi landasan
politik luar negeri Bebas Aktif. Bebas artinya
bangsa Indonesia tidak memihak pada salah satu blok (kekuatan). Sedangkan Aktif
artinya
bahwa bangsa Indonesia berusaha sekuat-kuatnya untuk memelihara perdamaian
dunia sesuai dengan citacita PBB.
Salah satu
bukti peran Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia adalah memprakarsai
dan menyelenggarakan Konferensi Asia- Afrika (KAA).
1.
Latar
Belakang Diselenggarakannya Konferensi Asia-Afrika
a.
Bangsa-bangsa
Asia – Afrika memiliki persamaan nasib dan sejarah yakni samasama menjadi
sasaran penjajahan bangsa-bangsa Eropa.
b.
Semakin
meningkatnya kesadaran bangsa-bangsa Asia-Afrika yang masih terjajah untuk
memperoleh kemerdekaan misalnya, Yaman sedang berjuang membebaskan Aden dari
kekuasaan Inggris, Rakyat Aljazair, Tumisia, Maroko, Sudan, dan Kongo sedang
membebaskan tanah airnya dari kekuasaan bangsa Eropa, dan lain-lain.
c.
Perubahan
politik yang terjadi setelah Perang Dunia II berakhir yakni situasi internasional
diliputi kecemasan akibat adanya perlombaan senjata antara Blok Barat dan Blok
Timur.
d.
Diantara
bangsa-bangsa Asia yang telah merdeka masih belum terdapat kesadaran untuk
bersatu, yang kemudian Rusia dan Amerika Serikat ikut melibatkan diri dalam
masalah tersebut. Misalnya:
1)
Persengketan
RRC-Taiwan untuk memperebutkan Pulau Quemoi.
2)
Persengketan
India-Pakistan untuk memperebutkan wilayah Kasmir
3)
Persengketan
Korea Utara-Korea Selatan masalah perbatasan.
e.
PBB seringkali
tidak mampu mengatasi persengketaan antarnegara. Seruan Dewan Keamanan PBB
sering dilanggar negara-negara yang sedang berselisih
f.
Kepentingan
politik luar negeri Indonesia untuk menggalang kekuatan negaranegara Asia-Afrika
agar mendukung merebut Irian Barat (Papua) melalui PBB.
g.
Bangsa-bangsa
Asia-Afrika tidak ingin terlibat dalam Perang Dingin, tetapi ingin memusatkan
perhatian pada pembangunan sehingga memerlukan kerja sama.
2.
Sejarah
Terwujudnya Konferensi Asia-Afrika
Terwujudnya
konferensi Asia-Afrika didahului oleh Konferensi Colombo dan Konferensi Bogor.
a.
Konferensi
Colombo (Konferensi Pancanegara I)
Pada tanggal
28 April-2 Mei 1954 diadakan konferensi di Colombo, ibu kota Srilangka. Adapun
wakil dari 5 negara yang hadir tersebut sekaligus akan menjadi sponsor KAA
sebagai berikut.
1)
Indonesia,
diwakili oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo
2)
India,
diwakili oleh Perdana Menteri Shri Pandit Jawarhalal Nehru
3)
Pakistan
diwakili oleh Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah.
4)
Birma
(sekarang Myanmar), diwakili oleh Perdana Menteri Unu.
5)
Srilangka,
diwakili oleh Perdana Menteri Sir John Kotelawala.
Dalam
konferensi ini Indonesia mengusulkan agar diadakan konferensi yang lebih luas
jangkauannya, tidak hanya negara-negara Asia, tetapi juga beberapa negara
Afrika. Gagasan ini disambut positip dan Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo
mendapat mandat untuk menjajagi kemungkinan dilaksanakan konferensi
Asia-Afrika.
Dalam
konferensi Colombo ini diputuskan antara lain sebagai berikut.
a.
Indocina harus
dimerdekakan dari penjajahan Perancis.
b.
Menuntut
kemerdekaan bagi Tunisia dan Maroko.
c.
Menyetujui dan
mengusahakan adanya konferensi Asia-Afrika dan memilih Indonesia sebagai
penyelenggara.
b.
Konferensi
Bogor (Konferensi Pancanegara II)
Pada tanggal
28-31 Desember 1954 diadakan Konferensi di Bogor. Konferensi ini merupakan
kelanjutan dari Konferensi Colombo, di mana negara-negara sponsor akan
mengevaluasi hasil penjajagan Indonesia dalam mempersiapkan KAA.
Hal-hal yang
menjadi pokok pembicaraan dalam Konferensi Bogor adalah tujuan konferensi,
tempat konferensi, agenda pembicaraan negara-negara yang akan diundang dan
kesekretariatan.
Rekomendasi
yang diajukan dalam sidang ini adalah sebagai berikut.
a)
Mengadakan
Konferensi Asia-Afrika di Bandung dalam bulan April 1955.
b)
Menetapkan
kelima negara peserta konferensi Colombo sebagai negara-negara sponsor.
c)
Menetapkan 25
negara-negara Asia-Afrika yang akan diundang.
d)
Menentukan
tujuan konferensi Asia-Afrika.
3.
Tujuan
Konferensi Asia-Afrika
a.
Mengembangkan
saling pengertian dan kerja sama antar bangsa-bangsa Asia-Afrika, serta untuk
menjajagi dan melanjutkan kepentingan timbal balik maupun kepentingan bersama.
b.
Meninjau
masalah-masalah hubungan sosial, ekonomi dan kebudayaan dalam hubungannya
dengan negara-negara peserta.
c.
Mempertimbangkan
masalah-masalah mengenai kepentingan khusus dari bangsa-bangsa Asia-Afrika
seperti yang menyangkut kedaulatan nasional, rasionalisme, dan kolonialisme.
d.
Meninjau
kedudukan Asia-Afrika serta rakyatnya, serta memberikan sumbangan untuk
meningkatkan perdamaian dan kerja sama internasional.
4.
Pokok-Pokok
Agenda Pembicaraan KAA
a.
kerja sama
ekonomi;
b.
kerja sama
budaya;
c.
hak-hak asasi
manusia dan hak menentukan nasib sendiri;
d.
masalah
kolonialisme, imperialisme seperti Belanda di Irian Barat (sekarang Papua),
Perancis di Maroko, Aljazair dan Tunisia;
e.
masalah
perdamaian dunia dan kerja sama internasional (termasuk di dalamnya beberapa
aspek tentang PBB, soal hidup berdampingan, masalah Indocina, Aden dan masalah
perlucutan senjata).
5.
Negara-Negara
yang Hadir dalam KAA
Konferensi
Asia-Afrika berlangsung pada tanggal 18-25 April 1955 bertempat di Gedung
Merdeka, Bandung. Konferensi ini dihadiri oleh 29 negara (termasuk lima negara
sponsor) dari 30 negara yang diundang. Satu negara yang tidak hadir yakni
Federasi Afrika Tengah (Rhodesia dan Nyasa) karena sedang terjadi pergolakan politik
orang-orang Negro menentang ras diskriminasi.
Adapun
negara-negara yang hadir dalam KAA adalah :
1. Indonesia 16. Laos
2. India 17. Libanon
3. Birma
(Myanmar) 18.
Liberia
4. Pakistan 19. Libia
5. Srilangka 20. Nepal
6. Afghanistan
21. Filipina
7. Kamboja
(Kampuchea) 22. Saudi Arabia
8. Republik
Rakyat China 23. Sudan
9. Mesir 24. Syiria
10. Ethiopia 25. Muang Thai
11. Ghana
(Pantai Emas) 26. Turki
12. Iran 27. Vietnam
Utara
13. Irak 28. Vietnam
Selatan
14. Jepang 29. Yaman
15. Yordania
Dalam KAA ini
negara-negara peserta terdiri dari 3 kelompok pandangan politiknya yang
berbeda, yaitu: kelompok yang pro Barat, seperti Filipina, Muang Thai,
Pakistan, Iran, dan Turki; kelompok yang beraliran Komunis yaitu RRC dan
Vietnam Utara; dan kelompok yang netral seperti India, Birma, Srilangka dan
Indonesia, serta ada juga yang belum menampakkan pandangan politiknya.
6.
Hasil-Hasil
Konferensi
Konferensi
Asia-Afrika menghasilkan beberapa keputusan yang disepakati para peserta
sebagai berikut:
a.
Kerja sama
ekonomi, antara lain mengusahakan kemajuan ekonomi, memajukan perdagangan,
saling memberikan bantuan teknik, dan mendirikan bank-bank.
b.
Kerja sama
kebudayaan, antara lain memajukan kerja sama kebudayaan sebagai jalan
terpenting untuk mendapatkan pengertian antara bangsa-bangsa Asia -Afrika,
memajukan pendidikan dan pengajaran dengan pertukaran pelajar, pelatih, dan guru.
c.
Masalah hak
asasi manusia, yakni menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia seperti yang
tercantum dalam Piagam PBB serta menentang ras diskriminasi.
d.
Masalah
bangsa-bangsa yang belum merdeka, yakni menentang adanya imperialisme dan
menuntut kemerdekaan bagi rakyat Aljazair, Maroko, dan Tunisia.
e.
Masalah-masalah
lain, yakni mengakui hak-hak bangsa Arab di Palestina dan menuntut soal
Palestina diselesaikan secara damai, menuntut kembalinya wilayah Irian Barat
(sekarang Papua) kepada Indonesia serta menuntut hak wilaya Aden bagi Yaman.
f.
Mengusahakan
perdamaian dan kerja sama di dunia dengan cara berikut.
1.
Mendesak PBB
untuk menerima negara-negara yang telah memenuhi persyaratan yakni Kamboja,
Srilangka, Jepang, Yordania, Laos, Libya, Nepal dan Vietnam.
2.
Mengusulkan
supaya diadakan pelarangan atas pembuatan, percobaan dan penggunaan senjata
nuklir.
3.
Mengusulkan
diadakan kerja sama semua negara di seluruh dunia atas dasar menghormati
hak-hak manusia.
g.
Pernyataan
mengenai usaha memajukan perdamaian dan kerja sama di dunia. Selain keputusan
KAA di atas, konferensi Asia-Afrika juga mengajak semua bangsa di dunia untuk
hidup bersama dalam perdamaian dan menjalankan kerja sama dalam suasana
persahabatan atas dasar sepuluh prinsip yang dikenal dengan “Dasasila
Bandung” (Bandung Declaration).
Adapun isi
Dasasila Bandung selengkapnya adalah :
1)
Menghormati
hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat dalam
Piagam PBB.
2)
Menghormati
kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
3)
Mengakui
persamaan ras, dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
4)
Tidak
melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal besar maupun kecil.
5)
Menghormati
hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara
kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6)
a.
Tidak
menggunakan peraturan-peraturan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi
kepentingan khusus salah satu negara besar.
b.
Tidak
melakukan tekanan terhadap negara lain.
7)
Tidak melakukan
tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap
integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
8)
Menyelesaikan
segala perselisihan internasional dengan jalan damai, perundingan, persetujuan,
arbitrase atau penyelesaian hukum, ataupun cara damai lain lagi menurut
pihak-pihak yang bersangkutan, sesuai dengan Piagam PBB.
9)
Memajukan
kerja sama untuk kepentingan bersama.
10)Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
7.
Pengaruh
Konferensi Asia – Afrika
Konferensi
Asia-Afrika di tutup secara resmi pada tanggal 24 April 1955. Para utusan
kembali ke negaranya masing-maisng untuk memperjuangkan hasil-hasil konferensi
secara bersama-sama. Konferensi Asia-Afrika membawa pengaruh atau akibat
penting, misalnya :
a.
Berkurangnya
ketegangan dan bahaya pecahnya peperangan yang bersumber dari persengketaan
masalah Taiwan antara RRC dengan Amerika Serikat.
b.
Perjuangan
bangsa-bangsa Asia-Afrika untuk mencapai kemerdekaan semakin meningkat. Hal ini
tampak dengan meningkatnya jumlah negara-negara Asia- Afrika yang merdeka
setelah tahun 1955.
c.
Politik luar
negeri bebas aktif yang dijalankan Indonesia, India, Birma, dan Srilangka mulai
diikuti negara-negara lain yang tidak masuk Blok Barat maupun Blok Timur.
Di samping itu
KAA memiliki arti penting karena merupakan cetusan rasa setia kawan
(solidaritas) bangsa-bangsa Asia-Afrika serta mengilhami berdirinya Gerakan Non
Blok.
8.
Peranan
Indonesia dalam Konferensi Asia – Afrika
a.
Indonesia ikut
memprakarsai dan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Pancanegara II yang berlangsung
tanggal 28-29 Desember 1954 di Bogor (Jawa Barat). Konferensi ini sebagai
pendahuluan dari Konferensi Asia Afrika.
b.
Indonesia ikut
memprakarsai dan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika yang berlangsung
pada tanggal 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka Bandung (Jawa Barat). Dalam
konferensi ini beberapa tokoh Indonesia menduduki peranan penting, di antaranya
adalah :
Ketua
Konferensi : Mr. Ali Sastroamidjoyo, Sekretaris Jenderal Konferensi : Ruslan
Abdulgani, Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Muh. Yamin, dan Ketua Komite Ekonomi: Prof.
Ir. Roseno.
No comments:
Post a Comment