Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan ideologi Pancasila menghadapi berbagai
tantangan besar sejak tahun 1959, ketika Demokrasi Terpimpin dilaksanakan. Pada
waktu itu terjadi ketegangan sosial politik yang menjadi-jadi. Kondisi politik
menjadi panas karena antarpartai politik saling mencurigai, antara partai
politik dengan ABRI serta antara keduanya dengan Presiden. Mereka saling bersaing
untuk saling berebut pengaruh atau mendominasi.
Begitu pula
pada masa Demokrasi Terpimpin kondisi ekonomi sangat memprihatinkan hingga
muncul krisis ekonomi nasional. Prinsip Nasakom yang diterapkan waktu itu
memberi peluang kepada PKI dan organisasi pendukungnya untuk memperluas
pengaruhnya. Dalam memanfaatkan peluang tersebut PKI menyatakan sebagai partai
pejuang bagi perbaikan nasib rakyat dengan janji-janji seperti kenaikan gaji
atau upah, pembagian tanah dan sebagainya. Oleh karena itu PKI banyak mendapatkan
pengaruh dari para petani, buruh kecil atau pegawai rendah sipil maupun
militer, seniman, wartawan, guru, mahasiswa, dosen, intelektual, dan para
perwira ABRI.
Kondisi
politik dan ekonomi yang semakin tegang berdampak pada sosial budaya
masyarakat. PKI dan para pendukungnya yang semakin mendapat pengaruh sering
mengancam dan melakukan tindak kekerasan lainnya. Hal ini seperti yang dialami
oleh para pemuda yang tergabung dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII).
Ketika sedang melakukan pelatihan di Kanigoro Kediri Jawa Timur pada bulan Januari
1965, para pendukung PKI menyerbu peserta pelatihan. Tindakan serupa juga
dilakukan terhadap umat Hindu di Bali yang sedang melakukan kegiatan keagamaan.
Tindakan PKI ini akhirnya juga dibalas oleh para kelompok yang anti PKI
sehingga masyarakat menjadi semakin resah karena seringkali terjadi pertikaian fisik.
Pengaruh PKI
yang sangat besar dalam bidang politik berdampak luas terhadap kebijakan
pemerintah di semua bidang. Dalam bidang sosial budaya semua organisasi yang
anti PKI dituduh sebagai anti pemerintah. Para seniman yang tergabung dalam kelompok
Maniesto Kebudayaan (Manikebu) dibubarkan oleh pemerintah pada bulan Mei 1964.
Badan Pendukung Sukarno (BPS) juga dibubarkan oleh pemerintah pada bulan
Desember 1964 karena menentang PKI.
No comments:
Post a Comment